Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak
pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh
dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula
14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang
dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat
berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi
oleh “berhala-berhala†yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki
wujud “berhala†yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia
zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk
dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan
segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam
situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi
kabilah-kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada
malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang
benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa,
bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini
adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam
kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad,
menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12
Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia
memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui
anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang
bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan
peristiwa padamnya api “abadi†di kerajaan Persia,
hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk
menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan
ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh
burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya
tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar
biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya
bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari
silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS).
Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya†ke dalam rahim Aminah,
Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia
besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian
yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain
surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan
dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya
suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita
kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada
wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa
sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya
mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih
dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya
seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya
dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut
yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang
wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan
menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga
kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20
tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam
kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya
dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh
oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun
harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun.
Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini
beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala†domba
yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan
dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina
yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat
sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah
yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala
sebelum beroleh jabatan kerasulan.†Orang bertanya kepada Nabi,†Apakah
Anda juga pernah menjadi gembala?†Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa
waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan
dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang
yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat
bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua
orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua
dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi,
kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit.
Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq
dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur†(al-Amin), ia menjadi
salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan
dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah
Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat
tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih
banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang
bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum
pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah,
Maisarah, berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki
Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan
keuntungan besar yang kita dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke
ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang
dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan
dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah
pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya,
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah
menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si
hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu
adalah nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran
Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang
menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu
sudah cukup dewasa!†Apakah anda akan menyambut dengan senang hati jika saya
mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?†Nabi menjawab,â€Apa maksud Anda?†Ia lalu menyebut Khodijah.
Nabi lalu berkata,†Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya
jauh berbeda?†Nafsiah
berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju.
Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar bin Asad) dapat
mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan
dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia,
Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini
menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang
keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah
lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta,
kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah
permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak
ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang
tali kebangsawanan Anda.†Upacara pun dilaksanakan.
Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor
unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri
yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam
orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan
At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum,
dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi
Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat
mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah
selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy
memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin
Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat
suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu,
tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun
yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu
ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali
ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan
kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara
halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan
pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.†Terlihat bahwa ini
adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh
secara tidakhalal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun
terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui
tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah
dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu
adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah
dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad
pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku.
Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan
perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka
pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis,
akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah
Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,â€Terimalah sebagai wasit
orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.†(buku lain mencatat Bab
as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu.
Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi
wasit!â€
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan
selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya
sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap
sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi
meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau
berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa
berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini,
tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari
batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang
diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia
adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep
benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah
dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud
kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu
mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau
selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau
selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas
untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat
masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang
menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam,
gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat karibâ€-nya (Muhammad), gua ini
menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,†disinilah dulu anak Hasyim
itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi
Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku
telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian
menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari
kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
sumber : sejarah kebudayaan islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar